Lemahnya budaya membaca bukanlah persoalan baru di negeri ini. Di tengah kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, sudah begitu banyak upaya yang dilakukan guna meningkatkan minat baca. Mulai dari aplikasi berbasis perpustakaan online, e-book gratis, koran internet, dan lain sebagainya. Namun, sepertinya upaya tersebut masih belum banyak membawa perubahan.

Kenikmatan atas kemajuan teknologi dan komunikasi hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin guna meningkatkan kualitas diri dengan wawasan dan ilmu pengetahuan. Salah satu cara yang paling tepat dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan banyak membaca. Bila tak sempat pergi ke perpustakaan, kita dapat mengakses perpustakaan online. Jika tak ada uang untuk membeli buku, kita dapat mengunduh buku elektronik gratis. Kalau tak punya waktu untuk membaca, wah sungguh sibuk luar biasa. Apapun alasannya, bila benar memiliki keinginan untuk membaca pastilah dapat terlaksana. Dorongan dari dalam diri sendiri adalah faktor yang utama. Bila keluarga tidak menekankan budaya membaca, jadilah generasi pembaharu. Jika sekolah tidak menyuarakan untuk banyak membaca, bohong. Ketika berkunjung ke rumah kerabat, hampiri rak bukunya. Semua tinggal bagaimana kita sebagai individu yang mengingat bahwa kita tidak banyak tahu, sehingga kita perlu membaca untuk mengikis ketidaktahuan itu.

Setiap orang mestilah memiliki kesadaran untuk membaca. Tidak ada alasan untuk tidak membaca. Membaca juga harus dengan kesadaran pula apa yang dibaca. Membaca berarti memerangi kebodohan, mengikis ketidaktahuan. Betapa banyak orang yang sebelum mulai membaca, pun sudah beranggapan bahwa dirinya tidak akan mengerti isi dari bacaan tersebut. Mental seperti inilah yang seharusnya diubah. Kita memang belum tentu mengerti isi dari sebuah bacaan meski kita telah membacanya berulang kali, namun jika belum membacanya saja sudah menganggap bahwa diri tak mungkin sanggup mengerti, maka selamanya akan hidup dalam ketidaktahuan.

Sebuah teks adalah sebuah piknik, kata Tzvetan Todorov. Artinya dengan membaca kita berekreasi. Rekreasi pikiran dengan memeroleh pengetahuan. Rekreasi jiwa meliputi perasaan yang timbul sebab membaca. Kita dapat mengetahui sejarah lewat membaca. Kita dapat mengenal suatu budaya tanpa perlu datang langsung ke tempat yang bersangkutan, lewat membaca. Dan masih banyak manfaat besar lain dari membaca. Maka mulai saat ini, lawanlah rasa malas untuk membaca. Tumbuhkan kesadaran pada diri untuk membaca. Kita tak bisa melulu menjadi orang bodoh yang terus dibodohi, lalu kemudian ditertawakan. Jadilah golongan orang-orang yang membaca. Namun, di samping itu, janganlah menjadi orang yang cepat puas hanya dengan membaca beberapa buku, sebab orang yang paling berbahaya adalah orang yang hanya membaca satu (beberapa) buku. Mengapa demikian? Karena orang yang hanya membaca sedikit buku tersebut pastilah dengan mudah menerima, meyakini, dan membenarkan segala apa yang tertuang dalam buku yang sudah dibacanya tersebut tanpa lagi menimbang, membandingkan, dan berupaya menggali lebih jauh lagi. Oleh sebab itu banyak-banyaklah membaca demi meningkatkan kualitas diri, tanpa merasa cepat puas akan ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki, karena sebagian dari manusia percaya bahwa semakin banyak membaca, justru akan semakin membuat seseorang merasa tidak tahu. Bacalah! Bacalah! Bacalah! Lampaui kotakmu dengan banyak membaca.

Jakarta, Mei 2017

Tinggalkan komentar